MembayarPajak
Anggotapemeran:
· Febri Irwansyah – Si pemalas pembayar
pajak
· M. Ilyas – Teman Febri
· M. Alwi Hafizh – Pembayar pajak 1
· Tazkiyyah Khanifah – Pembayar pajak 2
· Annisha Fadillah – Petugas bank
· Lazuardi Naufal – Narator
Pajak merupakan iuran/dana
masyarakat kepada Negara dengan tiada mendapat jasa timbal/balik. Pajak itu sendiri
memiliki fungsi yang banyak dan sangat berguna bagi negara, manfaat utamanya yaitu
sebagai sumber dana dalam pembangunan negara. Kita sebagai warga negara
Indonesia sudah seharusnya sadar untuk membayar pajak agar pembangunan Negara dapat
berlangsung dan tidak tenganggu.
Suatu ketika, Febri dan teman sepekerjanya,
Ilyas, sedang berbincang-bincang di tengah istirahat kerjanya. Mereka sedang mebicarakan
masalah penting, yaitu pajak.
Ilyas : “Feb, kamu tau
tidak, hanya 25% orang Indonesia yang mau membayar pajak.”
Febri : “Wah…! Gawat itu.
Dikit sekali orang yang mau membayar pajak. Kapan majunya Negara ini.”
Ilyas : “Yaitulah masyarakat
Indonesia. Kira-kira kamu tergolong 25%
orang yang mau membayar pajak tidak?”
Febri : “Kayanya sih tidak.”
Ilyas : “Emangnya kamu tidak membayar pajak berapa lama?”
Febri : “Kira-kira 1 tahun lebih.”
Ilyas : “Lama sekali.
Sebaiknya kamu mulailah membayar pajak. Pajak itu sangat berguna loh bagi negara.
Sebelum Febri
dapat menjawab, hpnya bordering tanda ada yang menelepon dia dan kemudian bel masuk
berbunyi. Perbincangan mereka pun selesai. Sepulang kerja, Febri memikirkan perkataan
temannya itu. Dia mencoba mencari di internet tentang fungsi dan peran pajak.
Akhirnya dia tersadar akan pentingnya pajak bagi negara. Keesokan harinya, dia menuju
kantor pos yang tentunya untuk membayar pajak, tetapi gangguan datang.
Febri : “Waduh…!Ramai sekali
disini.Kayanya orang di depan saya ini bias diselak nih.” (sambil mencoba menyelak
barisan)
Tazky : “Hey…! Ini adalah barisan
saya. Anda jangan mencoba menyelak. Antri dong…!.”
Hafizh : “Diabenar Pak.
Sebaiknya Anda mengantri. Tidak adil jika Anda menyelaknya.”
Febri : “Tidak. Saya bukan bermaksud
seperti itu...” (membeladiri)
Febri : “Iya iya. Maafka nsaya.”
Akhirnya Febri
mengalah dan mengantri.Saat gilirannya tiba, dia memeriksa kantong celananya dan
ternyata dompetnya tidak ada.
Febri : “Maaf, saya tidak membawa
dompet. Apakah ada cara lain dalam membayar pajak?”
Anisa : “Tentu ada Pak. Anda dapat
membayar pajak melalui ATM.Ini merupakan cara termudah membayar pajak.”
Febri : “Kira-kira ATM bank
apa saja yang melayani pembayaran pajak?”
Anisa : “Hampir semua ATM
melayani hal tersebut. Seperti ATM Mandiri, BCA, BNI, dan ATM lainnya.”
Febri : “Ohh…, terimah kasih.”
Febri dengan
tergesa-gesa keluar dari kantor pos. Tak sadar, dia kemudian menabrak laki-laki
yang menegurnya di antrian yang tadi.
Febri : “Maaf, saya tidak sengaja.”
Hafizh : “Iya, tak apa. Anda kenapa terburu-buru?”
Febri : “Saya kehilangan dompet saya, sepertinya tertinggal di
rumah.”
Hafizh : “Berarti Anda tidak jadi membayar pajak?”
Febri : “Iya benar.”
Hafizh : “Sebaiknya Anda membayar pajak dengan ATM, itu lebih mudah.”
Febri : “Kebetulan saya akan
membayar pajak dengan cara tersebut. Apakah Anda tahu caranya?”
Hafizh : “Tentu. Pertama, masukkan kartu ATM Anda. Kemudian,
Masukkan PINnya. Pilih transaksi lainnya. Pilih menu pembayaran.Pilih menu
pajak.Pilih PPh final bruto tertentu. Disini, Anda harus memasukkan 15 digit
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) diikuti 2 digit bulan dan 2 digit tahun pajak.
Kemudian, masukkan jumlah pajak terutang Anda. Tekan ‘ya’ jika Anda ingin melakukan
pembayaran. Kemudian ambilah struknya.”
Febri : “Waduh…! Panjang sekali
langkahnya.”
Hafizh : “Kebetulan saya punya langkahnya
yang tertulis di kertas. Ini, ambilah!” (memberikan kertas tersebut)
Febri : “Terimah kasih banyak.”
Kemudian Febri
langsung kembali kerumahnya dan ditemukanlah dompetnya. Dia pergi ke ATM
terdekat dan melakukan pembayaran pajak. Dia ikuti langkah-langkah tersebut dengan
cermat dan akhirnya berhasil. Sungguh tenang hatinya dapat melakukan tugas sebagai
warga negara yang baik.